Kamis, 01 Oktober 2009

KISAH SEEKOR RUSA

DI sebuah masjid di pinggir Kota Salatiga,seorang khatib salat Jumat menguraikan tentang pentingnya menjaga makanan. Bahwa menjaga kehalalan yang dimakan,halal secara lahir dan batin adalah kewajiban agama. Bahkan, para rasul pun diperintah Tuhan supaya makan yang halal.


Atas penjelasan khatib itu,ada yang bergurau, tentu saja setelah salat Jumat usai,”Cari yang haram saja susah apalagi harus halal.Yang penting bisa makan dan sehat.” Gurauan itu begitu meremehkan apa yang disampaikan khatib salat Jumat itu. Saya sendiri langsung memutar otak,kenapa di negeri ini banyak sekali hal-hal penting yang diremehkan, dan sebaliknya banyak sekali hal yang tidak penting tapi jadi perhatian luar biasa.Saya jadi ingat cerita seekor rusa yang salah dalam mengalkulasi mana yang sebenarnya penting bagi dirinya dan mana yang tidak terlalu penting.

Alkisah, di sebuah hutan, seekor rusa sedang istirahat melepas letih dan dahaga di tepi sebuah kolam yang jernih airnya. Sambil meminum airnya, ia becermin di kejernihan kolam itu. Ia memandangi sekujur tubuhnya. Ia takjub pada dirinya sendiri. Ia merasa betapa bagus bentuk tubuhnya dengan tanduk yang bercabang indah.Tiba-tiba ia merasa ada yang salah dengan kakinya. Kenapa begitu kecil. Ia berpikir bentuk kakinya yang kecil itu tidak serasi dengan potongan tubuhnya yang atletis dan tanduknya yang bercabang indah itu.

Lalu timbul prasangka buruk dalam dirinya, ”Allah tidak adil! Mengapa Dia menciptakan tubuhku yang bagus, tandukku yang indah tapi dengan kaki kecil seperti ini!” Pada saat rusa itu terus mengeluh dan berprasangka buruk kepada Tuhan, tiba-tiba datanglah seekor harimau lapar mendekatinya dengan sangat perlahan. Di saat harimau itu melompat sambil mengaum dahsyat hendak menerkam sang rusa,sesaat rusa itu sadar dan dengan lincah ia melompat lari.Harimau itu mengejar buruannya dengan sangat buasnya. Dan rusa itu bisa berlari dengan cepat dan lincah.


Maka terjadilah kejarkejaran di dalam hutan itu.Dengan kakinya yang kecil nan lincah,sang rusa jauh meninggalkan harimau. Sambil berlari, sang rusa berpikir, ”Ah untung kakiku ini kecil, bagaimana kalau kakiku besar seperti kaki gajah misalnya,sungguh celaka, tentu aku akan dengan mudah ditangkap dan dilahap harimau itu.” Sang rusa itu terus berlari, ia melewati padang rumput,larinya sangat kencang seolah terbang. Dan harimau lapar itu terus menguntitnya dengan sabar.

Beberapa saat kemudian, rusa memasuki hutan yang sangat lebat, pohon-pohonnya rapat dengan daun yang lebat serta banyak akar-akaran pohon menjuntai. Rusa merasa terganggu oleh bentuk tanduknya yang bercabang indah itu. Ia tidak bisa bebas bergerak, beberapa kali ia harus menghindar dari cabang pohon dan akar pohon yang menjuntai.Kakinya ingin berlari kencang tapi tanduknya membuatnya repot. Akibatnya harimau itu semakin dekat dengannya. Pada saat harimau begitu dekat dengannya seketika ia berlari dan melompat sekencang mungkin. Tapi nahas, tanduknya yang bercabang itu tersangkut pada sebuah akar pohon yang menjuntai rapat. Ia terpelanting jatuh dan terperangkap.

Tak ayal lagi,ia harus menemui ajal menjadi santapan makan siang harimau yang kelaparan itu. Akhir rusa itu sungguh tragis! Ia telah salah sangka.Kakinya yang kecil,yang ia keluhkan dan sampai membuatnya berprasangka buruk pada Tuhan justru sangat bermanfaat baginya. Kakinya yang kecil namun lincah itulah yang membuatnya bisa berlari seolah terbang sehingga ia bisa lolos dari kejaran harimau. Dan justru tanduknya yang bercabang indah yang ia banggakan itulah yang membuatnya binasa.

Karena tanduk itu ia tersangkut pada akar pohon,dan akhirnya menjadi santapan empuk harimau yang kelaparan. Amal kebajikan, sering kali tampak remeh di hadapan kita. Bahkan, sering kita merasa itu tidak penting.Termasuk menjaga makanan yang halal. Masih banyak ternyata yang meremehkannya. Bukti nyatanya adalah banyaknya tindak pidana korupsi di negeri ini.

Ya,kaki rusa yang kecil itu bisa kita ibaratkan amal saleh untuk bekal akhirat yang sering tampak kecil, remeh dan tidak penting. Dan gemerlap dunia ini bisa kita ibaratkan tanduk rusa yang indah itu. Dunia yang diupayakan dengan segala cara, dengan mengerahkan segenap curahan pemikiran dan tenaga. Bahkan dengan membenarkan segala cara. Bahkan ada yang demi kedudukan duniawi tega membunuh orang.Juga tega mengkhianati orangorang yang baik yang sangat berjasa kepadanya sekalipun. Ada juga yang karena dunia berani menantang Tuhan.Hebat bukan? Begitu hebatnya perjuangannya demi meraih status duniawi. Padahal undang-undang Allah, Tuhan seru sekalian alam di dunia itu jelas sekali. Ada tiga undang-undang Tuhan yang berlaku bagi seluruh manusia,siapa saja tanpa pandang bulu: Pertama, setiap yang hidup pasti akan mati.

Kedua, dan setiap yang mati akan bertemu Tuhan dan tidak akan membawa apa pun dari kekayaan dunia yang dimilikinya. Bahkan kekayaan dunia yang dimilikinya akan diwariskan kepada orang lain.

Dan ketiga,ia akan membawa semua amalnya, baik yang baik maupun yang buruk. Dan ia pasti mempertanggungja`wabkan amalnya di hadapan Tuhan. Dan Tuhan telah menyiapkan balasan yang setimpal dan adil atas amal itu. Kemudian, setelah kematian, Tuhan telah menentukan undangundangnya di akhirat yang juga berlaku untuk semua manusia; Pertama, setelah kematian tidak ada lagi kematian. Artinya kehidupan setelah mati adalah abadi.

Kedua, semua yang sudah mati tidak bisa kembali lagi ke dunia. Setelah mati yang ada di hadapan adalah alam barzah dan alam akhirat. Ketiga, setelah mati manusia akan ditentukan nasibnya sesuai amalnya di dunia. Yang beramal saleh telah disiapkan surga.Yang beramal buruk, rumahnya adalah neraka. Makan makanan yang halal adalah bagian dari amal saleh.


Bekerja dengan jujur dan benar serta tidak menzalimi orang lain juga bagian dari amal saleh. Ini yang entah kenapa ingin saya tulis setelah beberapa kali mendengar gurauan yang meremehkan makanan yang halal. Saya pun juga siap jika isi tulisan ini dianggap remeh-temeh, alias tidak penting. Bagi saya sebagai penulis, yang penting saya sudah menulis apa yang ingin saya tulis.Wallahu a`lam bish shawab.

Salatiga,29 September 2009 Habiburrahman El Shirazy Budayawan Muda, Penulis Novel Ketika Cinta Bertasbih

SUMBER : koran sindo, 30 September 2009

Tidak ada komentar: