Minggu, 20 September 2020

TAMAK, RAKUS ATAU SERAKAH

Tamak adalah sifat dimana seseorang selalu ingin beroleh banyak untuk dirinya sendiri terhadap harta benda. Tamak juga bisa diartikan serakah dan merupakan sifat yang sangat tercela karena merugikan orang lain. Mengapa merugikan orang lain? mari kita bahas secara terperinci, dan penulis tidak akan membahasnya dari sudut pandang agama karena menurut penulis dalam pandangan agama sudah tidak bisa diragukan lagi hukum terhadap tamak atau serakah dan akibat dari tamak baik di dunia maupun di akhirat. Banyak keterangan Al Qur’an dan Hadits yang menjelaskan tentang tamak, rakus atau serakah silahkan anda membacanya pada literatur yang lain.


Mengapa orang bisa berbuat tamak?
Tamak dalam konotasi negatif adalah sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap orang, pada diri manusia ada potensi sifat tamak. Potensi sifat tamak ini memiliki dua kecendruangan, yang pertama yaitu kecendrungan terhadap tamak dalam kategori baik dan yang kedua potensi terhadap tamak dalam kategori buruk. Kedua potensi tersebut berpengaruh terhadap pikiran manusia yang bersumber pada hawa nafsu. Ketika pada diri manusia kecendrungan terhadap sifat tamak dalam hal kebaikan yang lebih besar maka manusia tersebut mampu mengontrol keinginan terhadap sesuatu yang bersifat harta benda dengan landasan hati nurani sebagai power utamanya. Dan potensi ketamakan dalam hal baik bisa berupa perbuatan terpuji yang ingin ia lakukan terus menerus dan ia selalu merasa kurang akan perbuatan baik yang sudah dilakukannya. Dalam catatan sejarah peradaban manusia tidak ada manusia berlomba-lomba dalam hal kebaikan justru manusia saat ini lebih banyak ingin menerima dari pada memberi.

Sedangkan manusia yang memiliki kecendrungan lebih besar terhadap sifat tamak dalam hal keburukan, bukan hanya saja ia tidak mampu melawan keinginan hawa nafsunya akan tetapi ada faktor lain yang sangat fundamental yaitu rasa tenggang rasa dan welas asih yang hilang terhadap orang lain, orang yang seperti itu memiliki sifat apa yang dimiliki oleh babi.

Mengapa digambarkan seperti babi?
Karena babi adalah hewan rakus yang tidak pernah kenyang walaupun diberikan makan sebanyak apapun, babi memakan apa saja termasuk kotorannya sendiri. Orang yang tamak tentu saja sadar dan tahu bahwa apa yang ia lakukan adalah salah bahkan ia pun juga tidak rela dan tidak ingin apabila hak bagiannya diambil orang lain, seumpama babi yang tahu bahwa itu adalah kotorannya sendiri tetapi tetap saja ia makan dan santap.

Akibat ketamakan, rakus atau serakah
Sifat tamak akan menimbulkan berbagai macam kerugian yang akan terjadi pada orang yang melakukannya. Salah satu akibat yang paling fatal terjadi adalah penyakit. Orang yang berbuat tamak lebih cepat proses berpikir otaknya, berpikir otaknya bukan untuk melakukan hal kebaikan. Orang tamak berusaha mencari cara agar mendapatkan bagian yang lebih banyak dari pada orang lain. Segala kebohongan dan tipu daya dilakukan untuk mengambil hak orang lain dan itu membutuhkan daya berpikir yang ekstra oleh otak agar menemukan langkah-langkah atau cara-cara keji dan tercela.

Apa yang salah dengan daya kerja otak yang ekstra?
Nah inilah yang tidak difahami oleh banyak orang, ketika kita berpikir untuk melakukan hal keburukan maka ada salah satu organ dalam tubuh kita yang menolaknya yaitu hati. Hati akan memberikan respon sinyal bahwa apa yang dipikirkan oleh otak itu adalah salah dan tidak boleh dikerjakan. Dan setiap otak melakukan proses berpikir, baik pikiran positif maupun negatif maka akan direspon oleh hati. Respon terhadap pikiran positif hanya 1 sinyal sedangkan respon terhadap pikiran negatif bertubi-tubi dan berkali lipat dipantulkan, bahkan sampai pekerjaan sudah dilakukanpun respon sinyal hati masih terus dipantulkan yaitu berupa penyesalan dan rasa bersalah. Pantulan sinyal yang bertubi-tubi akan membawa dampak buruk terhadap organ jantung, ginjal, usus, lambung dan yang lebih besar dampaknya adalah otak sebagai penerima sinyal utama yang dapat menyebabkan struk. Karena respon negatif yang diterima oleh hati maka sinyak negatif pula yang dipantulkan.

Akibat yang kedua yaitu sakit hatinya seseorang yang diambil hak bagiannya oleh orang yang tamak. Ketamakan seseorang sudah bisa dipastikan bahwa ia mengambil hak bagian orang lain agar bagiannya lebih banyak. Dan ini sangat berbahaya, mengapa? karena karakter dan kepribadian seseorang berbeda-beda dan tentu saja si tamak pun juga tidak bisa menduganya, ia bisa saja dibalas oleh orang yang diambil haknya dengan kejahatan seperti dibunuh, dibakar rumahnya, ditabrak di jalan, disakiti anggota keluarganya, diteror, atau yang paling kecil yaitu disumpahin atau dikutuk dengan keburukan.

Cara mengatasi sifat tamak
Inilah bagian yang sulit kita membahasnya, karena orang yang tamak tentu saja tahu dan sadar jika apa yang ia lakukan adalah salah dan tidak benar akan tetapi tetap saja ia kerjakan. Dan ironisnya ia juga tidak rela jika hak bagiannya diambil oleh orang lain. Cara jitu mengatasinya adalah dengan formula racun harus dilawan dengan racun, berdasarkan keterangan pertama di atas, maka orang tamak harus dihadapkan pada orang yang tamak pula (tentu sudah tergambar dipikiran anda apa yang akan terjadi).
 
Mari kita jauhkan sifat tercela tamak, rakus, atau serakah dari diri kita agar hak orang lain tidak kita ambil apalagi sampai kita makan dan masuk ke dalam perut kita atau perut anggota keluarga kita. Semoga keterangan ini bermanfaat dan terima kasih sudah membaca.

Sumber : DodolPirodotblogspotdotcom

Sumber Caption : Lukisan Pribadi