Rabu, 21 Agustus 2013

Ingin sukses, jangan bermental PENGEMIS

Salah satu ajaran Rasulullah saw, yang berkaitan dengan manajemen diri adalah Sukses dengan membiasakan diri untuk tidak bermental pengemis.
Salah satu hadis riwayat Abu Dawud, Nasai, dan Tirmidzi, dikisahkan bahwa seorang laki-laki dari golongan Anshor datang menghadap Rasulullah saw. Dia memohon agar Rasulullah saw memberinya sesuatu untuk dimakan.
Memang kamu tidak mempunyai sesuatu di rumah?”
tanya Rasulullah.
Tentu saja ada wahai Rasulullah. Saya masih mempunyai sehelai kain yang sebagiannya kami pakai dan sebagian lainnya kami hamparkan, serta sebuah gelas besar tempat kami minum air”.
Jawab laki-laki itu.
Nabi kemudian menyuruhnya membawa dan memperlihatkan barang-barang itu kepadanya. Si laki-laki Anshor itu lalu membawa barang itu dan menyerahkannya pada nabi.
Siapa yang akan membeli barang-barang ini?
kata nabi. Seorang laki-laki berkata,
Aku berani dengan harga satu dirham”.
Rasulullah menimpali,
“Siapa yang akan menambah lebih dari satu dirham?”.
Seorang laki-laki berkata,
Aku mengambilnya dengan harga dua dirham”.
Nabi kemudian memberikan dua barang itu kepada penawar terakhir dan mengambil dua dirham itu, lalu memberikannya kepada lelaki Anshor tersebut.
”Belikan makanan dengan salah satu dari dua dirham ini lalu berikan kepada keluargamu, dan belikan sebuah kapak dengan satu dirham lainnya kemudian bawalah kapak tersebut kepadaku”.
Si laki-laki Anshor itu pun bergegas melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW. Dia menyerahkan kapak yang baru dibelinya kepada Rasulullah SAW. Setelah itu, Rasulullah SAW memberikan pegangannya, lalu bersabda,
“Pergi dan carilah kayu bakar, kemudian juallah. Aku tidak ingin sama sekali melihatmu selama lima belas hari”.
Setelah mengerjakan perintah Rasulullah saw itu, datanglah laki-laki Anshor itu membawa 10 dirham kemudian membeli makanan dengan sebagian dari uang itu. Rasulullah bersabda,
“Ini lebih baik daripada kamu meminta-minta karena hal itu hanya akan menjadikan noda di wajahmu pada hari kiamat nanti”.
Ada beberapa hikmah sangat penting yaitu;
Pertama, hindarkan sikap meminta, sebab bisa melemahkan kegigihan jiwa untuk menghadapi hidup ini;
Kedua, Isi perut kita dari hasil keringat sendiri agar halal prestatif, bukan halal karena belas kasihan orang, apalagi karena sebel;
Ketiga, Berani menghadapi resiko psikologis dengan cara ada rentang waktu kegigihan tidak merengek-rengek minta bantuan misalnya 15 hari seperti terapi psikologis yang dilakukan Rasululullah saw.

SUMBER : http://www.pradhana.net/ingin-sukses-jangan-bermental-pengemis/ 

Jumat, 16 Agustus 2013

BELAJAR DARI SEJARAH?



by : D. Manggala 
 
Kalau Bung Karno dulu berpesan "Jas Merah, Jangan Sekali Sekali Melupakan Sejarah", maka pertanyaan saya belakangan ini adalah "Apa yang bisa saya pelajari dari sejarah?". Dulu saya nemu beberapa buku (obralan) yang judulnya "History of Religion", "History of Philosophy", dan "Map of World History". Bukunya tebel-tebel dan kertasnya bagus-bagus tapi dijual dengan harga sangat murah. Inilah pelajaran no 1 dari mempelajari sejarah:
 
Pelajaran #1: Buku Sejarah (sebagus apapun itu dibuat/dicetak) pada umumnya tidak laku, dengan kata lain, manusia secara umum tidak suka belajar dari sejarah.
Dari membuka-buka buku yang tebel-tebel tersebut, kalau kita melihat lintasan sejarah 8 ribu tahun terakhir ini (baik dari sisi sejarah dunia, sejarah agama dan filsafat), secara gamblang akan kita sadar ada satu tema yang tidak pernah absen dari sejarah manusia: PERANG. 

Pelajaran#2: Tidak akan pernah ada apa yang kita sebut "Perdamaian Abadi" di dunia ini. Pasti selalu ada perang, entah perang lokal, perang dunia, perang gerilya, ataupun perang pasca perang dingin (negara superpower vs. "teroris").
Mungkin akan ada yang bilang bahwa pendapat diatas adalah pendapat seorang fatalis atau pesimis, malah mungkin pandangan diatas dianggap sebagai aliran sesat atau anti-agama. Tapi, temanku, coba kita baca lagi catatan sejarah dan mungkin direnungkan baik-baik. Karena kalau kita renungkan dengan baik, ternyata sejak awal sejarah manusia sampai jaman yang katanya super moderen ini, ternyata manusia tidak tambah maju ataupun mundur. 

Pelajaran#3: Persoalan manusia dari jaman ke jaman adalah tetap sama; tidak ada perubahan permasalahan dan cara berpikir antara manusia jaman batu dan jaman komputer.
Ibaratnya kita merasa sedang berlari, tapi sebenarnya kita sedang lari diatas treadmill dengan dinding yang pemandangannya berganti-ganti. Kita merasa sudah berlari dengan kencang melintasi hutan, gunung, dan pantai; yang sebenarnya adalah kita lari ditempat dengan setting yang berubah-ubah. Sejarah manusia adalah sejarah survival. Kalau ribuan tahun yang lalu kita berburu binatang untuk dijadikan makanan dan pakaian, maka jaman sekarang ini manusia berburu uang untuk dibelikan makanan dan pakaian.
Sekali lagi ini bukanlah sebuah pesimisme; ini adalah renungan saya dari melihat kebelakang sejauh 8 ribu tahun. Kita mesti melihat ke belakang, karena ada satu lagi hal yang juga sangat jelas:
 
Pelajaran#4: Kemiskinan dan Kejahatan tidak akan pernah punah dari dunia ini.
Selalu akan ada orang miskin, walaupun itu dengan sistem negara kapitalis ataupun sosialis. It doesn't matter. Kenapa selalu akan ada orang miskin? Karena pasti akan selalu ada orang jahat yang mengambil hak orang miskin.
Dengan empat pelajaran diatas, apakah berarti tidak ada gunanya lagi kita berusaha? Toh, bagaimanapun kemiskinan tidak akan hilang; selalu ada kejahatan, perang, dan ketidakadilan? Nah, inilah pelajaran terakhir yang mungkin bisa saya ambil dari belajar sejarah:
 
Pelajaran#5: Selalu ada orang "GILA" yang akan dicatat oleh sejarah; baik itu tinta emas, tinta platina, tinta darah.
Selalu akan ada orang yang cukup gila untuk tidak percaya pada keempat pelajaran pertama diatas. Selalu akan ada orang yang percaya bahwa ia bisa mewujudkan perdamaian abadi, atau menghilangkan kemiskinan di dunia. Ada juga orang-orang yang akan percaya bahwa ia adalah penguasa dunia, orang-orang yang haus kuasa, dan cukup gila untuk percaya bahwa ia adalah tuhan.
Menjadikan diri kita sama dengan kelompok, maka kemungkinan untuk dicatat sejarah akan hilang.
Lihat sejarah para nabi atau pemuka agama. Mereka adalah orang-orang yang menjungkirbalikkan pendapat masyarakat di jamannya. Wright bersaudara adalah dua orang gila yang menjadi bahan tertawaan di jamannya.
Sebagai penutup, dapat dikatakan bahwa semakin kita banyak membaca sejarah, semakin aneh dan lucu rasanya dunia dan hidup ini. Agama yang harusnya menjadi sumber perdamaian, malah lebih sering menjadi sumber peperangan. Pemerintah dan Raja yang seharusnya melindungi, malah lebih sering menjadi penindas rakyat. Semakin canggih teknologi yang membantu manusia, malah menjadikan manusia bekerja semakin lama.
Setelah merenungkan kelima pelajaran diatas, ternyata saya masih bertanya-tanya "Apa yang bisa saya pelajari dari sejarah?"
 
Catatan tahun ini:
Di jaman korupsi merajalela, maka kesempatan untuk menjadi GILA dengan bersumpah mati melawan korupsi adalah kesempatan tercatat dalam tinta emas sejarah. Adakah yang berani?